Rabu, 02 November 2016

Resensi: Kiat Meraih Keberuntungan dan Kebahagiaan

Judul: Menjadi Pribadi yang Selalu Beruntung
Penulis:Dwi Suwiknyo
Penerbit: Quanta, Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Februari 2016
Tebal Buku:228 halaman
ISBN: 978-602-02-8161-2

Siapkah kita menjadi pribadi yang beruntung? Atau, sudahkah kita termasuk golongan manusia yang beruntung? Ini bukan hanya soal materi, antara untung atau rugi. Keberuntungan yang dimaksud dalam buku ini adalah kemudahan, kelancaran, hadirnya solusi sebagai hadiah untuk orang-orang yang bersabar. Bersikap  sabar meski dalam situasi sempit bahkan beban yang kian menghimpit.

Buku ini semacam alarm yang dihadirkan pada pembaca tentang pentingnya rasa syukur. Mengajak untuk terus berhusnudzan atas apa yang menjadi kehendak-Nya. Bagaimana kita memandang setiap persoalan, cobaan, musibah, dengan kacamata positif.
Belajar, untuk berucap "Alhamdulillah" walau sedang dilanda musibah. Percaya, bahwa rahasia nikmat akan kita dapatkan setelah berhasil melalui musibah itu. Allah punya rencana indah. Kita sebagai hamba-Nya perlu peka atas segala nikmat-Nya (halaman 16).

Yakin saja kalau di balik musibah, Allah pasti telah menyediakan hadiah istimewa, sebuah kejutan, keputusan terbaik untuk kita. Memang tidak bisa langsung dirasakan, tetapi jangan kaget ketika nantinya datang masa itu dan kita berucap dengan bahagia, "Ternyata ini hikmahnya."

Orang yang beruntung, adalah orang-orang yang berbahagia. Lalu kenapa ada saja orang yang sulit bahagia? Berikut poin-poin alasannya yang dituturkan oleh penulis dalam buku ini:
-Kita suka mencela segala sesuatu.
-Karena kurangnya rasa syukur.
-Kita malas memuji Allah.
-Sifat iri dan dengki bila melihat orang lain bahagia.
-Terlalu fokus dengan kepentingan sendiri.
-Karena kita sukar memberi maaf bila telanjur sakit hati.
-Hidupnya begitu tegang hingga tersenyum pun susah. 
-Suka murung dan lebih senang menyendiri.
-Terakhir, karena tertekan dengan pekerjaan yang tidak sreg di hati (halaman 67-70).

Hidup adalah rahasia Tuhan dan bersifat misteri. Banyak orang yang salah kaprah karena mengukur kebahagiaan hidup hanya dari segi harta. Padahal, harta bukanlah jaminan. Semakin banyak harta, justru semakin was-was dalam menjaganya. Harta itu, seharusnya cukup diletakkan di tangan, jangan di hati. Karena apabila rusak/hilang, jadinya bisa sakit hati (halaman 75).

Orang yang beruntung, biasanya gemar membantu sesama. Maka apabila datang seseorang kepada kita dan meminta pertolongan, bisa jadi dia adalah malaikat yang akan menolong di saat kita kesusahan (halaman 95). Artinya, jangan malas menolong orang lain jika kita memiliki kesanggupan untuk membantu. Karena siapa yang bisa mengira, kalau ternyata di kemudian hari orang yang kita tolong tadi menjadi penyelamat bagi kita.

Keberuntungan bisa diraih karena adanya usaha. Komitmen dan totalitas adalah kunci. Jadi ketika seseorang memutuskan untuk memilih satu jalan, maka ia tidak boleh setengah-setengah dalam berusaha. Yaitu usaha tanpa kenal lelah apalagi sampai menyerah.

Kita mungkin saja ahli berkomunikasi dengan orang lain, tapi selalu gagal berkomunikasi dengan diri sendiri. Kita bisa memotivasi orang lain agar semangat, justru di dalam diri sendiri semangat itu telah padam (halaman 167-169). Perlu diingat, bahwa hidup ini juga tentang keseimbangan. Apa yang kita katakan, mesti sesuai dengan apa yang dilakukan. Kendalikan diri, dan jadilah tuan bagi diri sendiri.

Salah satu kutipan menarik dalam buku ini, bahwa, "Siapa saja yang memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusannya. Dan siapa pun yang membahagiakan orang lain, Allah pasti akan membahagiakannya. Itulah janji Allah."

Buku ini sangat bermanfaat, syarat akan perenungan, mencerahkan, dan bahasanya mudah dipahami hingga bisa langsung diserap serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan, bersiaplah Anda menjadi pribadi yang selalu beruntung.[]

(Pernah dimuat di Koran Pantura, 4 Oktober 2016)
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan mampir. Silakan tinggalkan jejak. ^_^