Rabu, 23 November 2016

Resensi: Menjaga Ikrar Suci Pernikahan

Judul: The Unbroken Vow
Penulis: Kezia Evi Wiadji
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Agustus 2015
Tebal Buku: 232 halaman
ISBN: 978-602-03-1963-6

Pernikahan bukan hanya perjanjian suci yang terjalin antara individu dengan pasangannya, melainkan juga ikrar langsung pada Tuhan. Karenanya, sudah sepantasnya hubungan tersebut dijaga agar tetap utuh meski guncangan dalam kehidupan rumah tangga bisa menyapa kapan saja.  Kesibukan pasangan, ketidakcocokan dan perbedaan cara pandang, lahirnya keegoisan, hingga hadirnya orang ketiga sangat memungkinkan menjadi alasan goyahnya suatu hubungan yang semula nampak baik-baik saja.

Kezia Evi Wiadji dengan novelnya The Unbroken Vow, mengambil tema kehidupan dan permasalahan rumah tangga yang akan membawa pembaca pada titik perenungan. Memaknai lebih dalam terkait janji suci pernikahan. Mengisahkan tentang kehidupan sempurna Ivy sebagai ibu muda dengan karier yang cemerlang, didampingi oleh lelaki terkasihnya bernama Ethan, serta buah hati mereka yang menggemaskan dan baru menginjak usia TK, Cindy.

Semula, semua nampak normal dan baik-baik saja. Cindy pun tumbuh sebagai peri kecil yang lucu dan ceria. Namun hadirnya sosok Sally sebagai orang ketiga di tengah kehidupan tenang mereka jelas membuat Ivy geram. Rasa sakit hati dan kepedihan menikam jantungnya. Ia secara gamblang menolak kedekatan lelakinya dengan Sally. Lebih-lebih, wanita itu adalah guru putrinya di sekolah (halaman 69-70).

Sally tak hanya berhasil mencuri perhatian Ethan, tapi juga Cindy. Mau tak mau Ivy harus berusaha mengontrol emosi bila mendapati Cindy berceloteh tentang Sally yang baik hati, yang suka membawakan makanan lucu dan enak, pintar menggambar, dan sejuta hal lain tentang kebaikannya (halaman 83).
Di tengah kerisauan yang membelit hati Ivy, sosok Max hadir sebagai penawar kegelisahannya. Meski perkenalan mereka diawali dengan insiden yang tak mengenakan. Kala itu mobil yang ditumpangi Ivy dan Cindy dikempung oleh empat orang preman. Karena panik, Ivy dengan sengaja menabrakan mobilnya dengan mobil Max yang berada di depannya.

Setelah mengatur pertemuan dengan alasan meminta uang ganti rugi atas kerusakan mobil, Max justru mulai menunjukkan ketertarikannya pada Ivy. Ia juga nampak begitu menyayangi Cindy. Belum lagi perhatiannya terhadap wanita itu ketika teror masa lalu kembali menghantui Ivy.

Novel dengan alur maju-mundur ini cukup membius pembaca untuk terus mengikuti kisahnya sampai akhir. Plot tidak terduga yang disuguhkan membawa daya kejut tersendiri. Banyak rahasia yang disembunyikan penulis dengan demikian rapi, kemudian dibuka satu demi satu hingga menimbulkan letupan-letupan mengejutkan.

Inspiratif dan berkesan. Banyak pesan tersirat yang penulis sisipkan dalam novel ini. Meski temanya agak berat, namun pesannya tersampaikan dengan cukup baik. Mengenai gambaran kehidupan rumah tangga yang memang tidak terlepas dari beragam permasalahan serta akibat yang ditimbulkan karena kesalahan pengambilan keputusan. Tentang penyesalan, alasan untuk bertahan, kesempatan kedua, yang menjadi bumbu dalam hubungan dua insan yang saling menerima dan mengasihi.[]

(Pernah dimuat di Kabar Madura, 14 November 2016)

Minggu, 20 November 2016

Resensi: Jodoh, Kejutan Terbaik dari Allah

Judul Buku: Insya Allah, Sah!
Penulis: Achi TM
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, 2015
Tebal Buku: 328 halaman
ISBN: 978-602-03-1465-5

Menikah merupakan impian yang begitu didambakan bagi mereka yang masih berstatus lajang. Sementara perihal jodoh adalah kuasa Tuhan yang bersifat rahasia dan baru akan diketahui bila tiba waktunya untuk dipersatukan dalam jalinan suci pernikahan. Maka tak jarang masalah jodoh ini menjadi sumber kerisauan bagi para single.

Novel Insya Allah, Sah! karangan Achi TM ini cukup mewakili kegelisahan wanita karier yang di usia matangnya tak kunjung menikah. Pengalaman Achi TM sebagai penulis buku sekaligus penulis naskah skenario televisi (serial, sinetron, dan FTV) menjadikan novel ini teramu begitu menarik karena narasinya cenderung atraktif, detail, dan nampak hidup.

Mengisahkan tentang Silviana, desainer sekaligus pemilik butik beromzet miliaran yang secara materi dan mental sudah siap menikah tetapi belum juga dilamar oleh Dion, kekasihnya. Mereka bahkan sempat bertengkar karena Silvi mendesak Dion agar segera melamarnya. Hingga di suatu hari, tanpa pertanda apa-apa Dion mengirim pesan yang meminta agar Silvi menemuinya di sebuah restoran. Dion berniat melamarnya (halaman 9-10).

Tetapi di hari yang mestinya istimewa itu Silvi justru diterjang banyak kesulitan. Ia harus menunda pertemuannya dengan sang kekasih karena salah seorang pelanggan mengaku tidak puas dengan hasil kerja Silvi dan minta desain ulang. Setelah pekerjaan tambahannya usai, kesialan demi kesialan malah secara beruntun mengampirinya. Puncak kesialannya, terjadi ketika ia mencoba menemui Dion di kantor. Silvi terjebak di dalam lift yang mendadak berhenti bergerak bersama Raka, lelaki religius yang baru kali pertama ditemui.

Tak dinyana, ternyata Dion sungguhan melamar Silvi hari itu juga. Ia begitu girang dan setelahnya langsung disibukkan dengan persiapan pernikahan. Silvi lupa bahwa ia sempat bernazar bila berhasil keluar dari lift dengan selamat, wanita itu akan memenuhi kewajiban sebagai seorang muslimah, yakni berhijab. Sebuah janji paling mustahil mengingat dirinya pemilik butik pakaian seksi. Akibat kelalaiannya itu, kekacauan urusan pernikahan terus-menerus terjadi. Mulai dari ditipu agen WO abal-abal, cathering tidak beres, hingga urusan baju pengantin pun turut kacau.

Raka sebagai satu-satunya orang yang tahu tentang nazar itu mencoba mengingatkan Silvi agar segera menunaikan nazarnya. Setelah berbagai kejadian buruk yang dialaminya, Silvi pun mencoba berhijab. Hatinya sampai bergetar hebat ketika mengelus jilbab yang ia kenakan. Seperti jatuh cinta (halaman 238). Namun satu kenyataan pahit mesti ia telan, ketika Dion tunangannya menolak perubahan penampilannya itu bahkan sampai mengancam akan membatalkan pernikahan.

Secara keseluruhan, novel chicklit bergenre islami ini cukup seru untuk disimak. Kalimat-kalimatnya terbangun begitu lincah, dengan pola alur yang runut hingga menggiring pembaca untuk tetap menyimak kisahnya sampai selesai.

Ada pembelajaran yang bisa dipetik dari buku ini terutama soal nazar. Ya, nazar memang bukan perkara main-main dan wajib dilaksanakan sebab ia bukan sekadar janji pada diri sendiri melainkan janji kepada Allah. Terlebih, nazar tersebut untuk kebaikan diri sendiri.

Poin penting lainnya yang ditekankan oleh penulis adalah mengenai cara bergaul. Seorang muslim harus paham batasan-batasan pergaulan dengan yang bukan mahramnya. Juga tentang kewajiban berhijab bagi wanita muslim, yaitu sebagai identitas dan perisai diri.[]

(Pernah dimuat di koran Singgalang, 20/11/2016)

Rabu, 02 November 2016

Resensi: Kiat Meraih Keberuntungan dan Kebahagiaan

Judul: Menjadi Pribadi yang Selalu Beruntung
Penulis:Dwi Suwiknyo
Penerbit: Quanta, Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Februari 2016
Tebal Buku:228 halaman
ISBN: 978-602-02-8161-2

Siapkah kita menjadi pribadi yang beruntung? Atau, sudahkah kita termasuk golongan manusia yang beruntung? Ini bukan hanya soal materi, antara untung atau rugi. Keberuntungan yang dimaksud dalam buku ini adalah kemudahan, kelancaran, hadirnya solusi sebagai hadiah untuk orang-orang yang bersabar. Bersikap  sabar meski dalam situasi sempit bahkan beban yang kian menghimpit.

Buku ini semacam alarm yang dihadirkan pada pembaca tentang pentingnya rasa syukur. Mengajak untuk terus berhusnudzan atas apa yang menjadi kehendak-Nya. Bagaimana kita memandang setiap persoalan, cobaan, musibah, dengan kacamata positif.
Belajar, untuk berucap "Alhamdulillah" walau sedang dilanda musibah. Percaya, bahwa rahasia nikmat akan kita dapatkan setelah berhasil melalui musibah itu. Allah punya rencana indah. Kita sebagai hamba-Nya perlu peka atas segala nikmat-Nya (halaman 16).

Yakin saja kalau di balik musibah, Allah pasti telah menyediakan hadiah istimewa, sebuah kejutan, keputusan terbaik untuk kita. Memang tidak bisa langsung dirasakan, tetapi jangan kaget ketika nantinya datang masa itu dan kita berucap dengan bahagia, "Ternyata ini hikmahnya."

Orang yang beruntung, adalah orang-orang yang berbahagia. Lalu kenapa ada saja orang yang sulit bahagia? Berikut poin-poin alasannya yang dituturkan oleh penulis dalam buku ini:
-Kita suka mencela segala sesuatu.
-Karena kurangnya rasa syukur.
-Kita malas memuji Allah.
-Sifat iri dan dengki bila melihat orang lain bahagia.
-Terlalu fokus dengan kepentingan sendiri.
-Karena kita sukar memberi maaf bila telanjur sakit hati.
-Hidupnya begitu tegang hingga tersenyum pun susah. 
-Suka murung dan lebih senang menyendiri.
-Terakhir, karena tertekan dengan pekerjaan yang tidak sreg di hati (halaman 67-70).

Hidup adalah rahasia Tuhan dan bersifat misteri. Banyak orang yang salah kaprah karena mengukur kebahagiaan hidup hanya dari segi harta. Padahal, harta bukanlah jaminan. Semakin banyak harta, justru semakin was-was dalam menjaganya. Harta itu, seharusnya cukup diletakkan di tangan, jangan di hati. Karena apabila rusak/hilang, jadinya bisa sakit hati (halaman 75).

Orang yang beruntung, biasanya gemar membantu sesama. Maka apabila datang seseorang kepada kita dan meminta pertolongan, bisa jadi dia adalah malaikat yang akan menolong di saat kita kesusahan (halaman 95). Artinya, jangan malas menolong orang lain jika kita memiliki kesanggupan untuk membantu. Karena siapa yang bisa mengira, kalau ternyata di kemudian hari orang yang kita tolong tadi menjadi penyelamat bagi kita.

Keberuntungan bisa diraih karena adanya usaha. Komitmen dan totalitas adalah kunci. Jadi ketika seseorang memutuskan untuk memilih satu jalan, maka ia tidak boleh setengah-setengah dalam berusaha. Yaitu usaha tanpa kenal lelah apalagi sampai menyerah.

Kita mungkin saja ahli berkomunikasi dengan orang lain, tapi selalu gagal berkomunikasi dengan diri sendiri. Kita bisa memotivasi orang lain agar semangat, justru di dalam diri sendiri semangat itu telah padam (halaman 167-169). Perlu diingat, bahwa hidup ini juga tentang keseimbangan. Apa yang kita katakan, mesti sesuai dengan apa yang dilakukan. Kendalikan diri, dan jadilah tuan bagi diri sendiri.

Salah satu kutipan menarik dalam buku ini, bahwa, "Siapa saja yang memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusannya. Dan siapa pun yang membahagiakan orang lain, Allah pasti akan membahagiakannya. Itulah janji Allah."

Buku ini sangat bermanfaat, syarat akan perenungan, mencerahkan, dan bahasanya mudah dipahami hingga bisa langsung diserap serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan, bersiaplah Anda menjadi pribadi yang selalu beruntung.[]

(Pernah dimuat di Koran Pantura, 4 Oktober 2016)
***