Rabu, 02 Oktober 2013

Bukan Sekadar Gratisan


Kuis?
Baru tau kalau di situs jejaring facebook, twitter bahkan blog ada istilah ‘kuis’. Karena selama ini yang kutahu kuis hanya ada di televisi. Iseng kuikuti. Berawal dari keisengan, lama-kelamaan jadi ketagihan. Kemudian saling add dengan sesama pemburu kuis. Dan, kuter? Apa itu? Seorang teman fb—sekarang sudah kuanggap seperti ibu sendiri, pis mbak, ^^v sebut saja Vera Astanti (nama tidak disamarkan) mengirim sesuatu di kronologiku. Kurang lebih begini, 

“Kamu kuter juga, ya? Salam kenal.” 

Duh, ‘kuter’ itu apa, ya? Apa kependekan dari kuis terus? Apa itu istilah untuk orang-orang yang senang mengikuti kuis? Entahlah. Akhirnya kujawab saja seperti ini,

 “Iya, tapi masih newbie. Salam kenal juga.”

Dan, akhirnya-akhirnya-akhirnya setelah sekian lama tau juga kalau kuter itu singkatan dari kuis hunter alias pemburu kuis. Hehehe… berarti dulu saya nggak salah jawab. :3

Awal mengikuti kuis, kalau nggak salah kuis buku dari salah satu penerbit. Kemudian merembet ke kuis-kuis lain. Pertama kali menang kuis buku di twitter. Tentunya setelah berkali-kali gagal. Kuisnya lucu, menurutku. Merayu penulis, Mas Endik Koeswoyo namanya. Seorang penulis novel komedi langganan dari penerbit Diva Press.

Aish, mimpi apa saya merayu laki-laki? Wekekek. >_<

Oke, dengan ilmu yang ala kadarnya, niru acara gombal-gombalan di teve beribu jurus pun dilancarkan. Salah satu tweet saya bunyinya seperti ini:

“Mas @endikkoeswoyo, bisa tolong turunin kadar ketampanannya, nggak? *eak

Ya, begitulah. Saya ngetweet sambil kakak-kikik sendiri. Hari itu lebih dari sepuluh tweet gombalan tercipta. Akhirnya, saya kehabisan stok dan berhenti di menit-menit terakhir.  

Hingga tiba saatnya pengumuman pemenang. Dueng! Jeledag-jeledug. Lumayan ketar-ketir liat tweet orang-orang. Menang kagak, ya? Pasrah tapi ngarep.
Dan, alhamdulillah nama saya muncul juga. Seneng, dong? Pasti.

Rupanya hari itu pemenang diambil dua orang. Satu dari penerbit, dan satu lagi dari penulisnya. Menang bareng mbak Ayuni Adesty, sekarang malah jadi rekan serempongan juga dalam hal perkuisan. Setelah hari itu, kami beberapa kali menang kuis barengan, lho.

Lucunya lagi, buku kami tertukar. Tuwiwing! Kami pun akhirnya sama-sama mengikhlaskan. :D

Seiring berjalannya waktu, dari sejak bulan Januari 2013 sampai dengan sekarang, saya masih menjadi kuter. Rupanya yang gratis-gratis itu menyenangkan, ya? Eits, tapi bukan sekadar gratisan saja yang bisa kita dapat. Tapi pertemanan di dunia maya menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Dulu sebelum mengenal kuis, pertemanan di facebook hanya asal add, confirm, jumlah teman bertambah setelahnya sudah. Tidak ada komunikasi berarti selain menjempoli status-status yang dinilai keren. Saling komen berlaku hanya dengan orang yang saya kenal di dunia nyata.

Berkat kuis dan nguter, sekarang saya memiliki banyak sahabat di dumay. Kebanyakan dari mereka juga penulis pemula seperti saya. Dan, kita sama-sama rempongers alias tukang pecicilan di sosmed. Padahal usia kami bervariasi. Jenjang pendidikan pun juga beda-beda. Tapi bukan masalah. Sama sekali bukan.

Oh, ya. Kami juga punya keinginan agar kelak bisa dipertemukan di dunia nyata. Aamiin. Semoga ada umur, semoga ada rezeki, mengingat kota yang kami tinggali saling berjauhan.

Bicara soal kuis, mungkin sebagian orang beranggapan bahwa kuter hanya orang yang kurang kerjaan dan cuma mau benda-benda gratisan tanpa perlu kerja dan keluar uang. Saya tidak bisa menyalahkan. Karena mengingat saat ini saya memang masih menjadi pengangguran. Kenapa tidak kuliah? Nggak ada uang. Kenapa nggak kerja? Udah pernah, tapi keluar. Hoho. Pengangguran kok bangga? Ya nggak juga. Nyari kerjaan ternyata nggak gampang mbak/bro. Lah terus kenapa dulu keluar? Ada kisahnya, di blog ini.
Selain bertemu teman-teman yang superkece dan asyik-asyik, ada banyak ilmu yang saya dapat dari berburu kuis. Seperti:
1.       
Tanggap
Yap, mata ini dituntut jeli untuk menangkap kata ‘kuis’ dan ‘gratis’ di TL maupun beranda facebook. *uhuk
                                     
2.      Teliti
Setelah mendapatkan info kuis, saatnya meluncur ke TKP dan mengecek syarat dan ketentuan yang ada. Baca aturan dengan baik agar tidak salah langkah. Karena terkadang, pihak sponsor mencantumkan kalimat ‘ongkos kirim ditanggung pemenang’ dan saya lumayan anti dengan kuis semacam ini. Nggak punya ATM dan malas pergi ke bank.

3.      Berbagi
Berbagi tidak melulu soal materi, lho. Dalam dunia perkuisan, kami terbiasa membagikan info ke sesama kuter. Dengan harapan, kalau bukan saya yang menang, seenggaknya salah satu atau salah dua dari kami bisa menang. Walau lebih sering salah semua alias tidak ada satu pun dari kami yang namanya nyangkut di deret nama pemenang.

4.      Sabar
Ini, ini poin yang paling penting. Setelah mengikuti kuis, saatnya bersabar menanti pengumuman. Nunggu itu nggak enak! Benar. Maka dari itu, sambil menunggu kita tetap mencari kuis-kuis lainnya agar tidak jenuh. Tapi perlu diingat! Jangan sampai kita lupa kuis apa yang pernah diikuti. Karena tak jarang penyelenggara kuis tidak me-mention kita di pengumuman saat kita menang, kecuali ada teman kita yang kebetulan melihat nama kita dan memberi tahu.

Oke, itu kalau kita yang menang. Kalau kalah? Ya, terima saja. Berarti memang belum rezeki kita. Jika teman kita yang menang? Tersenyumlah. Beri dia ucapan selamat. Karena akan ada saatnya untuk kita bisa menang dan sungguh betapa senangnya mendapat ucapan ‘selamat’ dari orang-orang. Yakinkan saja pada diri sendiri, tak lupa usaha yang maksimal tentunya.

Setelah menang, kesabaran kita masih akan tetap diuji. Kok, gitu? Karena setelahnya, kita mesti menunggu hadiah dikirim. Setelah tau hadiah sudah dikirim, mesti sabar menunggu hadiah tiba.

Berdasarkan pengalaman, paket tercepat kurang dari satu minggu sudah sampai. Dan, adapula yang sampai berbulan-bulan. Rekor terlama 4 bulan.  Batas kesabaranku hanya dua minggu, kalo lebih dari itu, yaaah, mau nggak mau harus tetap menunggu.

5.      Inisiatif
Satu bulan waktu yang kuberikan untuk mereka—para sponsor untuk mengirim paket. Jika lewat, maka malu tak malu harus saya yang berinisiatif menanyakan kabar hadiah. Sudah dikirimkah? Ada yang langsung merespon dengan kata ‘maaf, belum dikirim’ adapula yang terkejut karena ternyata si paket memang sudah dikirim namun belum sampai. Dua alasan ini, masuk akal dan bisa saya terima. Dan, ada satu yang menjengkelkan. Saat kutanya nasib  paketku, rupanya tak ada respon. Bukan maksud mengemis, saya hanya menagih hak, itu saja. Toh, mereka yang menawarkan, kan? Bukan saya yang minta-minta. Tapi untungnya, hadiah tetap sampai meski harus menunggu selama 4 bulan.

Lewat sosmed, kuis dan menulis, ada banyak kisah, ada banyak pengalaman yang tentu membuat hidupku yang monoton ini menjadi lebih hidup dan berwarna.

Bukan sekadar mencari dan mendapat gratisan, tapi menjalin silaturahmi sesama penghuni dunia maya, melatih kesabaran, sportifitas, dan juga sebagai media hiburan.

Salam Sekuter (Sekumpulan Kuis Hunter)