Kuis?
Baru tau kalau di situs jejaring facebook, twitter
bahkan blog ada istilah ‘kuis’. Karena selama ini yang kutahu kuis hanya ada di
televisi. Iseng kuikuti. Berawal dari keisengan, lama-kelamaan jadi ketagihan.
Kemudian saling add dengan sesama pemburu kuis. Dan, kuter? Apa itu? Seorang
teman fb—sekarang sudah kuanggap seperti ibu sendiri, pis mbak, ^^v sebut saja
Vera Astanti (nama tidak disamarkan) mengirim sesuatu di kronologiku. Kurang
lebih begini,
“Kamu kuter juga, ya? Salam kenal.”
Duh, ‘kuter’ itu apa, ya? Apa
kependekan dari kuis terus? Apa itu istilah untuk orang-orang yang senang
mengikuti kuis? Entahlah. Akhirnya kujawab saja seperti ini,
“Iya, tapi masih
newbie. Salam kenal juga.”
Dan, akhirnya-akhirnya-akhirnya setelah sekian lama
tau juga kalau kuter itu singkatan
dari kuis hunter alias pemburu kuis.
Hehehe… berarti dulu saya nggak salah jawab. :3
Awal mengikuti kuis, kalau nggak salah kuis buku
dari salah satu penerbit. Kemudian merembet ke kuis-kuis lain. Pertama kali
menang kuis buku di twitter. Tentunya setelah berkali-kali gagal. Kuisnya lucu,
menurutku. Merayu penulis, Mas Endik Koeswoyo namanya. Seorang penulis novel
komedi langganan dari penerbit Diva Press.
Aish, mimpi apa saya merayu laki-laki? Wekekek.
>_<
Oke, dengan ilmu yang ala kadarnya, niru acara
gombal-gombalan di teve beribu jurus pun dilancarkan. Salah satu tweet saya
bunyinya seperti ini:
“Mas @endikkoeswoyo, bisa tolong turunin kadar
ketampanannya, nggak? *eak
Ya, begitulah. Saya ngetweet sambil kakak-kikik sendiri.
Hari itu lebih dari sepuluh tweet gombalan tercipta. Akhirnya, saya kehabisan
stok dan berhenti di menit-menit terakhir.
Hingga tiba saatnya pengumuman pemenang. Dueng!
Jeledag-jeledug. Lumayan ketar-ketir liat tweet orang-orang. Menang kagak, ya?
Pasrah tapi ngarep.
Dan, alhamdulillah nama saya muncul juga. Seneng,
dong? Pasti.
Rupanya hari itu pemenang diambil dua orang. Satu
dari penerbit, dan satu lagi dari penulisnya. Menang bareng mbak Ayuni Adesty,
sekarang malah jadi rekan serempongan juga dalam hal perkuisan. Setelah hari
itu, kami beberapa kali menang kuis barengan, lho.
Lucunya lagi, buku kami tertukar. Tuwiwing! Kami pun
akhirnya sama-sama mengikhlaskan. :D
Seiring berjalannya waktu, dari sejak bulan Januari
2013 sampai dengan sekarang, saya masih menjadi kuter. Rupanya yang
gratis-gratis itu menyenangkan, ya? Eits, tapi bukan sekadar gratisan saja yang
bisa kita dapat. Tapi pertemanan di dunia maya menjadi lebih hidup dan
menyenangkan. Dulu sebelum mengenal kuis, pertemanan di facebook hanya asal
add, confirm, jumlah teman bertambah setelahnya sudah. Tidak ada komunikasi
berarti selain menjempoli status-status yang dinilai keren. Saling komen
berlaku hanya dengan orang yang saya kenal di dunia nyata.
Berkat kuis dan nguter, sekarang saya memiliki
banyak sahabat di dumay. Kebanyakan dari mereka juga penulis pemula seperti
saya. Dan, kita sama-sama rempongers alias tukang pecicilan di sosmed. Padahal
usia kami bervariasi. Jenjang pendidikan pun juga beda-beda. Tapi bukan
masalah. Sama sekali bukan.
Oh, ya. Kami juga punya keinginan agar kelak bisa
dipertemukan di dunia nyata. Aamiin. Semoga ada umur, semoga ada rezeki,
mengingat kota yang kami tinggali saling berjauhan.
Bicara soal kuis, mungkin sebagian orang beranggapan
bahwa kuter hanya orang yang kurang kerjaan dan cuma mau benda-benda gratisan
tanpa perlu kerja dan keluar uang. Saya tidak bisa menyalahkan. Karena
mengingat saat ini saya memang masih menjadi pengangguran. Kenapa tidak kuliah?
Nggak ada uang. Kenapa nggak kerja? Udah pernah, tapi keluar. Hoho.
Pengangguran kok bangga? Ya nggak juga. Nyari kerjaan ternyata nggak gampang
mbak/bro. Lah terus kenapa dulu keluar? Ada kisahnya, di blog ini.
Selain bertemu teman-teman yang superkece dan
asyik-asyik, ada banyak ilmu yang saya dapat dari berburu kuis. Seperti:
1.
Tanggap
Yap, mata ini dituntut jeli untuk
menangkap kata ‘kuis’ dan ‘gratis’ di TL maupun beranda facebook. *uhuk
2. Teliti
Setelah mendapatkan info kuis,
saatnya meluncur ke TKP dan mengecek syarat dan ketentuan yang ada. Baca aturan
dengan baik agar tidak salah langkah. Karena terkadang, pihak sponsor
mencantumkan kalimat ‘ongkos kirim ditanggung pemenang’ dan saya lumayan anti
dengan kuis semacam ini. Nggak punya ATM dan malas pergi ke bank.
3. Berbagi
Berbagi tidak melulu soal materi,
lho. Dalam dunia perkuisan, kami terbiasa membagikan info ke sesama kuter.
Dengan harapan, kalau bukan saya yang menang, seenggaknya salah satu atau salah
dua dari kami bisa menang. Walau lebih sering salah semua alias tidak ada satu
pun dari kami yang namanya nyangkut di deret nama pemenang.
4. Sabar
Ini, ini poin yang paling penting.
Setelah mengikuti kuis, saatnya bersabar menanti pengumuman. Nunggu itu nggak
enak! Benar. Maka dari itu, sambil menunggu kita tetap mencari kuis-kuis
lainnya agar tidak jenuh. Tapi perlu diingat! Jangan sampai kita lupa kuis apa
yang pernah diikuti. Karena tak jarang penyelenggara kuis tidak me-mention kita
di pengumuman saat kita menang, kecuali ada teman kita yang kebetulan melihat
nama kita dan memberi tahu.
Oke, itu kalau kita yang menang.
Kalau kalah? Ya, terima saja. Berarti memang belum rezeki kita. Jika teman kita
yang menang? Tersenyumlah. Beri dia ucapan selamat. Karena akan ada saatnya
untuk kita bisa menang dan sungguh betapa senangnya mendapat ucapan ‘selamat’
dari orang-orang. Yakinkan saja pada diri sendiri, tak lupa usaha yang maksimal
tentunya.
Setelah menang, kesabaran kita
masih akan tetap diuji. Kok, gitu? Karena setelahnya, kita mesti menunggu
hadiah dikirim. Setelah tau hadiah sudah dikirim, mesti sabar menunggu hadiah
tiba.
Berdasarkan pengalaman, paket
tercepat kurang dari satu minggu sudah sampai. Dan, adapula yang sampai
berbulan-bulan. Rekor terlama 4 bulan. Batas kesabaranku hanya dua minggu, kalo lebih
dari itu, yaaah, mau nggak mau harus tetap menunggu.
5. Inisiatif
Satu bulan waktu yang kuberikan
untuk mereka—para sponsor untuk mengirim paket. Jika lewat, maka malu tak malu
harus saya yang berinisiatif menanyakan kabar hadiah. Sudah dikirimkah? Ada
yang langsung merespon dengan kata ‘maaf, belum dikirim’ adapula yang terkejut
karena ternyata si paket memang sudah dikirim namun belum sampai. Dua alasan
ini, masuk akal dan bisa saya terima. Dan, ada satu yang menjengkelkan. Saat
kutanya nasib paketku, rupanya tak ada respon.
Bukan maksud mengemis, saya hanya menagih hak, itu saja. Toh, mereka yang
menawarkan, kan? Bukan saya yang minta-minta. Tapi untungnya, hadiah tetap
sampai meski harus menunggu selama 4 bulan.
Lewat sosmed, kuis dan menulis, ada banyak kisah,
ada banyak pengalaman yang tentu membuat hidupku yang monoton ini menjadi lebih
hidup dan berwarna.
Bukan sekadar mencari dan mendapat gratisan, tapi
menjalin silaturahmi sesama penghuni dunia maya, melatih kesabaran, sportifitas,
dan juga sebagai media hiburan.
Salam Sekuter (Sekumpulan Kuis Hunter)
Salam Sekuter (Sekumpulan Kuis Hunter)